Minggu, 14 Oktober 2012

PENERIMAAN DAN PERIWAYATAN HADITS

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.    Latar Belakang
Telah kita ketahui bahwasannya al-Qur’an adalah sumber utama hukum Islam yang mutlak dan memang diturunkan supaya manusia berpedoman padanya, serta sumber hukum yang kedua adalah Hadits yang mana kedudukannya sebagai penjelas daripada al-Qur’an serta menerangkan permasalahan-permasalahan yang tidak dijelaskan secara eksplisit (gamblang) dalam al-Qur’an dan praktek-praktek penerapannya secara langsung.
Oleh karena Hadits adalah segala yang berhubungan dengan baginda Rasulullah , baik berupa perkataan, perbuatan atau ketetapan beliau maka kita harus tahu apakah Hadits tersebut memang berasal dari beliau atau bukan dalam artian Hadits tersebut memang benar-benar dari beliau dengan sanad yang muttashil atau hanya buatan orang-orang yang punya kepentingan yang seakan-akan itu berasal dari beliau Rasulullah . Dalam hal ini para Ulama ahli Hadits membukukan  suatu Ilmu Hadits yang menerangkan tentang jenis, macam, tatacara, dan bagaimana suatu hadits tersebut diriwayatkan serta tinjauannya.
Maka untuk itu kami dengan keterbatasan pengetahuan yang kami miliki akan mencoba menguraiakan salah satu dari Bab  Ulumul Hadits yang menerangkan tentang bagaimana cara Penerimaan dan Periwayatan Hadits yang memang ketepatan menjadi tugas kelompok kami.


1.2.     Rumusan Masalah
Makalah ini kami arahkan pada pembahasan hal-hal yang berhubungan dengan Periwayatan dan Penerimaan Hadits saja serta penjelasan-penjelasannya secara singkat agar sesuai dengan judul pembahasannya dan tidak merambah pada Bab-bab yang lain.

1.3.     Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari makalah ini adalah supaya kita tidak terperdaya atau terkecoh dengan Hadits-hadits yang Periwayatan dan Penerimaannya tidak sesuai dengan Ilmu Haditsnya yang diaku-akukan shohih atau malah memaudlu’kan Hadits yang benar-banar shohih yang banyak beredar.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Penerimaan Hadits
عن عبد الله ابن مسعود  عن النبي  قال خير الناس قرني ثم الذين يلونهم ثم الذين يلونهم (روه البخاري)
Dari Ibnu Mas’ud  , Rasulullah  bersabda, “sebaik-baik masa adalah masaku, kemudian masa setelahku, kemudian masa setelah mereka”. HR. Bukhari.
Ketiga, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.Perbuatan akhlak adalah perbutan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan.Bahwa ilmu akhlak adalah ilmu yang membahas tentang perbuatan manusia yang dapat dinilai baik atau buruk.
Keempat, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesunggunya, bukan main-main atau karena bersandiwara
Kelima, sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena keikhlasan semata-mata karena Allah, bukan karena dipuji orang atau karena ingin mendapatkan suatu pujian.
Disini kita harus bisa membedakan antara ilmu akhlak dangan akhlak itu sendiri.Ilmu akhlak adalah ilmunya yang hanya bersifat teoritis, sedangkan akhlak lebih kepada yang bersifat praktis .
Jika sifat yang tertanam itu darinya terlahir perbuatan-perbuatan baik dan terpuji menurut rasio dan syariat, maka sifat tersebut dinamakan akhlak yang baik.Sedangkan jika yang terlahir adalah perbuatan-perbuatan buruk, maka sifat tersebut dinamakan dengan akhlak yang buruk.
        Al-khuluq adalah suatu sifat jiwa dan gambaran batinnya.Dan sebagaimana halnya keindahan bentuk lahir manusia secara mutlak tak dapat terwujud hanya dengan keindahan dua mata, dengan tanpa hidung, mulut dan pipi.Sebaliknya, semua unsur tadi harus indah sehingga terwujudlah keindahan lahir manusia itu .
    Secara istilah, beberapa definisi dari akhlak adalah sebagai berikut :
Menurut Imam Abu Hamid Al-Gazali,akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa, yang darinya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pikiran dan pertimbangan










BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Ajaran Islam sangat banyak memberikan dorongan kepada sikap-sikap untuk maju. Kemajuan materi (madiyah) akan terpacu oleh akhlak manusia yang menggenggam materi tersebut. Akhlak adalah perangai yang berakar didalam hatisebagai anugerah dari sang Khalik Maha Pencipta.
Adalah satu kenyataan belaka bahwa makhluk manusia mesti terikat erat dengan sang Khalik sang Pencipta. Akhlak adalah jembatan yang mendekatkan Makhluk dengan Khaliknya.Menjadi parameter menilai sempurna atau tidaknya ihsan Muslim itu. Melaksanakan agama sama artinyadengan ber akhlak sesuai dengan tuntunan agama Islam. Karena itu, agama bukanlahsebuah beban, melainkan adalah sebuah identitas (ciri, shibgah).

B.    SARAN
Dengan demikian maka saran kami bahwasannya akhlak adalah suatu keharusan yang harus dimiliki oleh setiap individu supaya generasi-generasi setelah kita selanjutnya terus dapat melestarikan akhlak yang menjadi cikal bakal kebahagiaan di dunia dan akhirat.










DAFTAR PUSTAKA

Asmaran. AS, Pengantar Studi Akhlak, (PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,2003)
Ahmad Hadi Yasin, dahsyatnya sabar,(QultumMedia, Jakarta, 2008)
http://www.anakciremai.com/2008/05/makalah-agama-islam-tentang-akhlak.html
Sayyed Muhammad, al-Tahliyah wa al-Targhîb, (al-hidayah, Surabaya,1996)
Elias A,dkk. Pur Al-Jil. Pocket dictionary. Bairut 1983
Dja`far Amir, Akhlâk, (Jogjakarta : kota kembang, 1970)
Musthofa al-Gholayain, idzatunnâsyi’în, (al-hidayah, Surabaya,1996)
Ahmad Mujib, dkk, Akidah Akhlak, (Transwacana, Ciputat, 2008)
http://www.fachrifaul.net/2011/07/etika-moral-dan-susila-akhlak-tasawuf.html
http://grms.multiply.com/journal/item/26

Tidak ada komentar:

Posting Komentar