Minggu, 14 Oktober 2012

AMTsALUL QUR’AN

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sebuah kata yang indah akan tampak lebih indah jika penggunaan kata tersebut menggunakan permitsalan, karena dengan permitsalan seseorang dapat mudah untuk memahami arti makna kalimat tersebut. Tamtsil merupakan kerangka yang dapat menampilkan makna-makna dalam bentuk yang hidup dan mantap didalam pikiran. Memang sejak zaman Jahiliyah sebelum diutusnya Rasulullah  kegemaran orang Arab adalah bersyair, berpantun, dan bersajak yang mana dengan ketinggian atau keindahan sastra-sastra yang mereka gunakan bisa menguatkan status sosialnya dikalangan masyarakat umum.
Ketika Allah  mengutus seorang Rasul-Nya ditengah-tengah mereka maka Allah  membekalinya sebuah kitab yang keindahan bahasa dan sastranya sebagai mukjizat yang tidak bisa ditandingi oleh para penyair atau sastrawan Arab, karena sangat tingginya nilai sastra yang dikandungnya. Oleh karena al-Qur’an  menggunakan perumpamaan-perumpamaan (amtsal) yang indah dan logis maka bisa diterima dengan baik oleh masyarakat pada saat itu, kadang karena terlalu indahnya para Ulama tidak bisa  membahasakan keindahan perumpamaan-perumpamaan (amtsal) di dalam al-Qur’an.
Amtsal (membuat perumpamaan) merupakan gaya bahasa yang dapat menampilkan pesan yang berbekas pada Hati sanubari. Imam Abu Hasan al-Mawardi  menyatakan bahwa “Ilmu yang paling agung dalam ilmu al-Qur’an adalah ilmu Amtsalnya”, Manusia banyaklah kelalaiannya dan kelalaian mereka tersebut dijadikan perumpamaan, itulah bentuk keagungannya. Sehinnga diibaratkan mengumpamakan (matsal) tanpa perumpamaan seperti kuda atau unta  tanpa tali kekang
.
 
B.    Rumusan Masalah
Dalam makalah ini kami akan coba membahas :
    Pengertian Amtsal
    Rukun-rukun Amtsal
    Jenis-jenis Amtsal
    Dan Manfaat serta Tujuan Amtsal
C.    Tujuan
Setelah membaca makalah ini diharapkan pembaca mampu ;
1.    Memahami Amtsalul Qur’an
2.    Menjelaskan Amtsalul Qur’an
3.    Mengetahui manfaat dan Tujuan Amtsalul Qur’an





















BAB II
PEMBAHASAN
قال تعالى :  (الزمر : 27 )
“Sesungguhnya Telah kami buatkan bagi manusia dalam Al Quran Ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran”.
وقال تعالى :   (العنكبوت : 43)
“Dan perumpamaan-perumpamaan Ini kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu”.
أَخْرَجَ  الْبَيْهَقِيُّ عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ  ، قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ   : إِنَّ الْقُرْءآنَ نُزِلَ عَلَى خَمْسَةِ أَوْحُهٍ : حَلاَلٍ ، وَحَرَامٍ، وَمُحْكَمٍ، وَمُتَشَابِهٍ، وَأَمْثَالٍ، فَاعْلَمُوْا بِالْحَلاَلِ ، وَاجْتَنِبُوْا الْحَرَامَ ، وَاتَّبَعُوْا الْمُحْكَمَ ، وَآمَنُوْا بِالْمُتَشَابِهِ ، وَاعْتَبِرُوْا بِاْلأَمْثَالِ .
“sesungguhnya al-Qur’an diturunkan atas lima wajah : halal, haram, muhkam, mutasyabih, dan amtsal. Maka ketahuilah yang halal, jauhilah haram, ikutilah yang dihukumkan, imanilah yang mutasyabih (samar/serupa), dan ambillah ibarat perumpamaannya”.

A.    Definisi Amtsalul Qur’an
Secara etimologis (bahasa), kata amtsal merupakan bentuk jamak dari matsala yang berarti serupa atau sama. Dilihat dari pola (wazan) nya kata matsal, Mitsl, dan matsil satu pola dengan kata syabah, syibh, dan syabih . Pengertian matsal secara etimologis ini ada tiga macam :
Pertama    bisa berarti perumpamaan, gambaran atau penserupaan.
Kedua    bisa berarti kisah atau cerita jika keduanya bersifat menakjubkan.
Ketiga     bisa berarti sifat keadaan atau tingkah laku yang menakjubkan. Misalnya
dalam firman Allah dalam (QS Muhammad : 15) :

“(apakah) perumpamaan (penghuni) jannah yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada beubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak beubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka, sama dengan orang yang kekal dalam Jahannam dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong ususnya”.(QS.Muhammad:15)

Dalam ayat tersebut dapat diartikan perumpamaan, gambaran atau penserupaan, ataupun cerita menakjubkan juga keadaan-keadaan surga, ahli surga dan neraka. Hal ini juga ditegaskan oleh Imam Zamakhsyari  yang mengatakan bahwa arti dari kata “matsal” bisa diartikan dengan perumpamaan, sifat, dan kisah.
Secara Terminologis (Istilah) matsal didefinisikan oleh para ahli sastera adalah ucapan yang banyak disebutkan yang telah biasa dikatakan orang dengan maksud untuk menyamakan keadaan sesuatu yang diceritakan dengan keadaan sesuatu yang akan dituju. Misalnya terdapat di dalam (QS. Al Hasyr: 21) :

“Kalau sekiranya kami turunkan Al-Quran Ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. dan perumpamaan-perumpamaan itu kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir”.

Pembuatan perumpamaan berarti menyentuhkan dan menjelaskan mastal (perumpamaan).dalam pembicaraan untuk membicarakan suatu hal, si pembicara menyebutkan sesuatu yang sesuai (relevan) dan menyerupai persoalan tersebut sambil menyingkapkan kebaikan atau keburukannya yang tersembunyi. Penggunaan hal ini dimaksudkan untuk mempengaruhi dan menyentuhkan kesan, seakan si pembuat perumpamaan mengetuk telinga si pendengar dengannya, sehingga pengaruhnya menembus kalbu hingga lubuk hati.
Diantara amtsal yang dihadirkan Al-Quran adalah mengilustrasikan fonomena alam, karakter manusia, tingkah laku, status, amalan, siksa pahala dan idiologi umat manusia selama hidup didunia. Dengan demikian para ulama dalam hal ini mempunyai beberapa definisi menurut fan ilmunya, diantaranya  :
a.    Ulama ahli adab memberikan definisi bahwa Amsal ialah ucapan yang banyak disebutkanyang telah dikatakan orang yang dimaksudkan untuk menyamakan keadaan sesuatu yang diceritakan dengan keadaan sesuatu yang dituju. Maksudnya adalah mengamalkan hal yang akan diceritakan dengan asal ceritanya (asal mula cerita), seperti contoh “رُبَّ رَمْيَةٍ مِنْ غَيْرِ رَامٍ” artinya “banyak panahan yang tidak ada panahannya”. Yang maksudnya adalah banyak musibah yang terjadi dari orang yang salah sangka, yang mana perumpamaan ini diceritakan oleh al-Hakim bin Yaghuts an-Naqari yang menggambarkan bahwa orang yang salah itu kadang kadang menderita musibah.
b.    Para Ulama ahli ilmu bayan mendefinisikan bahwa perumpamaan (amtsal) ialah bentuk majaz murakkab yang kaitannya / konteknya ialah persamaan. Maksudnya adalah sebuah ungkapan majaz atau kiasan yang majemuk, dimana hubungan antara yang disamakan dengan asalnya adalah karena adanya persamaan atau keserupaan antar keduanya. Jika dalam lafadz murokkab itu mendatangkan tasybih maka dinamakan majaz tamsil seperti contoh :
“إِنِّى أَرَاكَ تُقَدِّمُ رِجْلاً وَتُؤَخِّرُ أُخْرَى” saya melihat kamu mendahulukan sebuah kaki dan mengakhirkan kaki lainnya. majaz ini ditujukan bagi orang yang ragu-ragu dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan. Jihat jami’nya terdiri dari tingkah laku yang banyak, yaitu maju – mundur . Jika yang didatangkan adalah isti’arah maka dinamakan matsal (peribahasa) dan tidak bisa diubah-ubah seperti contoh :
“الصَّيْفُ ضَيَّعْتِ اللَّبَنَ” waktu kemarau kau (perempuan)  telah menyia-nyiakan air susu. Peribahasa ini ditujukan bagi orang yang sembrono terhadap sesuatu yang waktu itu memungkinkannya untuk mendapatkan, dan ketika dia tidak mungkin mendapatkan dia mencarinya .
c.    Ulama ahli tafsir mendefinisikan bahwa matsal adalah menampakkan pengertian yang abstrak dalam ungkapan yang indah, singkat dan menarik yang menyentuh dalam jiwa baik dengan bentuk tasbih , ataupun majaz mursal  (ungkapan bebas). Seperti contoh :
1.    Amsal dalam bentuk tasbih sharih pada surat yunus ayat 24 :

2.    Amsal dalam bentuk tasbih dhimmi pada surat al-hujurat ayat 12 :
3.    Amsal dalam bentuk majaz mursal pada surat al-Hajj ayat 73 :
d.    Sedang para Ulama yang lain memberikan definisi amsal adalah mengungkapkan suatu makna abstrak yang dapat dideskripsikan dengan bentuk yang elok dan indah. Maksudnya adalah menyerupakan hal-hal yang abstrak yang disamakan dengan hal-hal yang konkret, contoh :
“العِلْمُ نُوْرٌ” ilmu itu seperti cahaya. Jami’nya adalah sama-sama bisa memberikan petunjuk.













BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari pembahasan ini maka al-Qur’an sangatlah penting ditanamkan sejak dini, karena al-Qur’an sebagai pedoman umat manusia di seluruh jagad raya ini. Rasulullah SAW bersabda:
"Siapa yang membaca Al Quran, mempelajarinya dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari Kiamat, cahayanya seperti cahaya matahari, kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan), yang tidak pernah didapatkan di dunia, keduanya bertanya: mengapa kami dipakaikan jubah ini: dijawab: "karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al Quran".(HR Al Hakim,Imam Ahmad,dan Ad Darimi)
“Perumpamaan orang yang mempelajari ilmu pada waktu kecil adalah seperti memahat batu, sedangkan perumpamaan mempelajari ilmu ketika dewasa adalah seperti menulis di atas air”. (HR ath-Thabrani dari Abu Darda’ ra.)
Rasulullah saw. bersabda (yang artinya):
“Siapa yang mempelajari al-Quran ketika masih muda, maka al-Quran itu akan menyatu dengan daging dan darahnya. Siapa yang mempelajarinya ketika dewasa, sedangkan ilmu itu akan lepas darinya dan tidak melekat pada dirinya, maka ia mendapatkan pahala dua kali”. (HR al-Baihaqi, ad-Dailami, dan al-Hakim).

B.    Saran
Saran kami adalah bahwa pendidik itu adalah pekerjaan yang sangat mulia. Maka dari itu marilah kita menerapkan metode pendidikan kita sesuai dengan menunya dengan harapan bias berhasil menancapkan ilmu yang bermanfaat. Semoga kita dan anak cucu kita dijadikan Allah SWT sebagai umat yang selalu berpegang teguh pada al-Qur’an dan mengamalkannya, aaamiiin.







DAFTAR PUSTAKA

http://www.eramuslim.com/editorial/membentuk-generasi-qur-ani.htm
http://c.1asphost.com/sibin
http://ccc.1asphost.com/assalamquran
http://badkotpasrandakan.wordpress.com/2008/04/21/membangun-generasi-qurani-menuju-masyarakat-madani/

A. Ubaedillah dkk, (Pendidikan Kewargaan/Civic Education,Jakarta, ICCE UIN Syarif Hidayatullah dan The Asia Foundation, 2006) hlm 302-303.

http://bundakirana.multiply.com/journal/item/10, tim rumah qur’ani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar